Memek Ibu Kepala Sekolah Lebih Mantap
Sebelumnya perkenalkan diriku terlebih dahulu namaku Dodi.
Ketika kisah ini terjadi aku berumur kira-kira 18 tahun, aku termasuk seorang
yang aktif dalam berbagai kegiatan baik di kampus maupun diluar kampus termasuk
di didalamnya kegiatan Pramuka yang memang sejak kecil aku suka. Nah karena kegiatan
- Cerita Dewasa
- Khusus Dewasa
- Cerita Dewasa
- Cerita Bokep
- Cerita Dewasa Seks
- Cerita Dewasa
- Bokep Online
Pramuka inilah terjadilah kisah yang sampai saat ini masih aku kenang. Untuk
wajah memang aku nggak jelek-jelek amat malah terbilang agak cakep itu kata
temen-temenku. Dan terbukti ada beberapa cewek yang naksir kepadaku. Hingga
suatu saat aku mendapat surat yang berisi permintaan batuan untuk ikut
menjadi
salah satu pembina di SD Negeri di dekat rumahku. Murid-murid SD itu akan
melaksanakan perkemahan sabtu minggu atau persami. Merasa mendapat kepercayaan
dan hitung-hitung untuk tambahan uang saku maka dengan hati senang aku terima
tawaran tersebut. Lagipula aku adalah salah satu alumnus
dari SD tersebut. Kami
berangkat ke lokasi hari sabtu pagi, dan sampai ke lokasi kira-kira jam 10.
Setelah sampai lokasi kami mendirikan tenda dan mempersiapkan segala sesuatu
untuk keperluan kegiatan persami. Kegiatan demi kegiatan kami lakukan, dan
ternyata anak anak terlihat suka padaku karena mungkin dimata
- Konten Dewasa
- Cerita Bokep
- Cerita Bokep Online
- Perita Dewasa Terbaru
- Cerita Sex
- Cerita Dewasa
- Cerita Hot
mereka aku lucu
dan menarik. Itu semua mungkin karena aku aktif di berbagai organisasi sehingga
aku pandai mengatur suasana. Permasalahan yang ada adalah air. Lokasi kami
berkemah agak jauh dari rumah penduduk. Air yang kami dapatkan berasal dari
sungai yang mengalir di dekat lokasi. Dan untuk mandi kami
- Cerita Dewasa
- Paling Ampuh
- Berita Bola
- Cerita Dewasa
- Cerita Dewasa
- Cerita Hot
- Cerita Dewasa
- Cerita Dewasa Terbaru
harus kerumah
penduduk yang ada disekitarnya walaupun agak jauh. Hari semakin sore aku sedang
bersantai di tenda pembina sambil mengawasi anak-anak terlihat dari kejauhan
sebuah mobil kijang berhenti dan turun seorang wanita paruh baya. Setelah aku
perhatikan betul ternyata yang datang adalah Bu Anis,
- Cerita Ngentot
- Cerita Panas
- Cerita Bokep
- Cerita Bokep
- Cerita Hot 18+
- Cerita Bokep
- Kumpulan Cerita Dewasa
beliau adalah kepala
sekolah SD tersebut. Beliau dahulu adalah Ibu guruku, beliau orangnya supel
namun kewibawaannya tetap terlihat. Yang aku herankan adalah beliau tetap
terlihat cantik diusia yang aku taksir sudah kepala lima. Tubuhnya tetap
terawat tidak seperti wanita pada umumnya pada usianya. Para guru dan
para
pembina mendekat untuk menyalami termasuk diriku bergegas berjalan mendekatinya
untuk menyalaminya. Aku menyalaminya sambil basa-basi bertanya”Koq cuma
sendirian Bu Anis?” “Eh.. iya Dod bapaknya anak-anak sedang ada acara di
Semarang” Jawab Bu Anis. “Kamu tadi tidak menjemput Bu
- Cerita Hot
- Cerita Bokep Online
- Cerita Hot Terbaru
- Cerita Hot 17+
- Cerita Dewasa Online
- Cerita Seks Terbaru
Anis” Sergah Pak Budi
yang berjalan beriringan dengan kami. “Kan sudah Bu Anis sudah bawa mobil Pak”
Aku menjawab sekenanya. Kami berjalan beringan menuju tenda para pembina. Setelah
sampai di tenda Bu Anis tampak berbicara serius sambil duduk diatas tikar
dengan Pak Budi. Tampaknya hal penting yang perlu
- Cerita Bokep
- Cerita Bokep
- Cerita Bokep
- Cerita Hot 18+
- Cerita Sex Dewasa
- Cerita Sex Dewasa
- Koleksi Cerita Dewasa
dibicarakan mengenai acara
persami itu. Aku menjadi agak tidak enak untuk berlama-lama di dekat mereka.
Setelah minta ijin aku berjalan menjauh dari mereka. Dalam benakku terlintas
pengakuan bahwa Bu Anis memang masih menarik walau tampak sedikit keriput di
leher namun itu malah membuat Bu Anis tampak
- Cerita Panas Terbaru
- Cerita Seks Dewasa
- Cerita Seks Dewasa
- CERITA DEWASA 18+
- PKoleksi Cerita Dewasa 18+
- Cerita Hot Terbaru
- Cerita Bokep Online
lebih anggun. Rambutnya lurus
sebahu hitam walau ada beberapa helai yang tampak sudah putih, kulitnya yang
putih bersih tampak terawat. Anganku terus mengalir bentuk tubuhnya yang
ramping namun padat berisi, bongkahan bokongnya tampak jelas tercetak dibalik
rok spannya begitu juga buah dadanya indah.
- Cerita Hot
- Cerita Bokep
- Cerita Dewasa Online
- Cerita Bokep
- Cerita Bokep
- Cerita Dewasa 18+
- Cerita Hot 18+
- Cerita Bokep
Perutnya memang agak besar namun kencang.
Gila.. aku membayangkan orang yang dahulu pernah menjadi guruku. Ini tidak
benar. Tapi aku aku tidak bisa memungkiri bahwa Bu Anis memang masih sintal.
Pada malam harinya diadakan acara api unggun yang kemudian dilanjutkan dengan
acara jurit malam. Aku
kebetulan mendapat untuk menjaga semua tenda. Kebetulan
sekali sebab aku merasa lelah karena sehari sebelumnya ada kegiatan di kampus.
Yang lebih kebetulan adalah ternyata Bu Anis dan 2 guru wanita yang lain nggak
ikut acara jurit malam. Setelah mngecek semua tenda aku berjalan mendekat
kearah Bu Anis yang
- Cerita Sex
- Cerita Dewasa
- Kumpulan Cerita Seks
- Cerita Hot Terbaru
- Cerita Seks 18+
- Cerita Bokep Terbaru
- Cerita Dewasa
- Cerita Sex Terbaru
sedang duduk sendiri di depan tenda pembina. Tampaknya
kedua rekannya sudah terkantuk dan tidur didalam tenda. “Belum ngantuk Bu?” aku
memulai pembicaraan sambil duduk berhadapan dengannya. “Belum Dod.. masa Ibu
enak-enakan tidur padahal tadi kan Ibu datang terlambat” Bu Anis menjawab. “Ya
nggak apa-apa, Ibu kan sibuk juga” Aku menyahut. “Gimana kuliahmu” Tanya Bu
Anis. “Lancar, Bu Anis belum akan pensiun” Aku memancing pertanyaan untuk
mengetahui umur sebenarnya. “Tinggal tiga tahun lagi Dod” Bu Anis menjawab.
Pasti wanita ini umurnya lebih dari 50 tahun, namun koq masih menggairahkan.
Mata sekali-kali mencuri pandang menikmati keindahan tubuhnya. Kami mengobrol
agak lama sampai Bu Anis minta diantar ke sungai karena kebelet buang air
kecil. Aku bergegas mengantarnya sampai pinggir sungai yang agak curam. Sambil
memberikan senter aku berkata, “Saya tunggu disini ya Bu Anis, ini
senternya
hati-hati jalannya agak licin” “Iya.. eh jangan ngintip lho” Katanya sambil
bercanda. Ketika akan melangkah Bu Anis terpeleset otomatis tanganku menggapai
tangannya tanganku yang satu menggapai badannya menahan agar beliau tidak
jatuh. Namun tidak disangka tanganku mendarat tepat di salah satu
gunung
indahnya. Dia kaget aku juga kaget. “Ma.. af Bu Anis, nggak sengaja” Aku
berkata. “Eh.. nggak apa-apa” Sahutnya juga agak salah tingkah. Sambil berjalan
meniti jalan setapak akhirnya dia mencari tempat yang agak tersembunyi. Namun
karena sinar rembulan tampak samar-samar gerakan tubuhnya dalam
melaksanakan
kegiatannya. Tampak dia memelorotkan celana panjangnya kemudian CDnya lalu
berjongkok. Aku bertanya dalam hati mimpi apa aku semalam sehingga aku
memperoleh keuntungan dobel pertama memegang buah dada indah yang kedua bisa melihat
bokong dan paha walaupun samar. Tak terasa
celanaku semakin sempit karena
senjata kesayanganku menggeliat. Tanganku merabanya dan membuat remasan-remasan
kecil. Tak puas dengan itu aku mengeluarkan batang penisku sehingga dapat
berdiri bebas mengacung. Aku yakin Bu Anis bakalan tidak akan melihat polahku.
Sepertinya Bu Anis sudah selesai buang
air kecil ketika akan naik ke atas aku
ulurkan tanganku dan menariknya. Aku minta Bu Anis berjalan didepan dengan
alasan aku mengawal kalau ada apa-apa. Namun bukan karena itu aku bisa membuat
bebas kelaminku terjulur keluar dan mengacung. Sensasi ini aku nikmati sampai
ke tenda pembina. Kami lanjutkan
ngobrol sampai akhirnya acara jurit malam
selesai. Malam sudah larut bahkan menjelang di hari kami pembina dan guru putra
tidur terpisah dengan pembina dan guru wanita. Tetapi bayang-bayang kemolekan
wanita paruh baya itu masih mengganggu pikiranku. Mata ini rasanya sulit
terpejam. Kemaluanku rasanya
juga nggak mau ditidurkan, tapi akhirnya aku sadar
bahwa wanita yang menggelorakan hasrat jiwaku adalah mantan guruku yang tak
mungkin aku akan melampiaskan kepada beliau. Akhirnya anganku kubawa tidur.
Sampai pada pagi harinya aku terbangun oleh suara riuh anak-anak yang sedang
melakukan senam pagi.
Aku cepat-cepat abngun dan cuci muka kemudian membantu
pembina lainnya. Setelah acara pagi selesai aku beres-beres pekerjaan yang lain
yang masih harus aku kerjakan. Sementara anak-anakpun juga sibuk mandi di
sungai. Pembina dan guru antri mandi di rumah penduduk yang agak berjauhan.
Tampak Bu Anis
juga belum mandi karena beliau juga sibuk mengawasi anak-anak.
Sekitar jam 09.00 pagi semua tugas sudah selesai maka aku bergegas mengambil
peralatan mandiku. Namun terdengar dari kejauhan suara yang memanggilku. “Dodo
kamu mau mandi ya” Setelah aku toleh ternyata suara itu bersal dari Bu Anis.
Langsung saja ku jawab singkat, “Iya.. Bu Anis” “Kalau begitu sama-sama dong..
Ibu juga belum mandi” Dia berkata. Bagai disambar petir di siang bolong
mendengar tawaran itu tanpa ragu-ragu aku mengiyakan. “Iya Bu Anis” Karena
kamar mandi-kamar mandi yang ada di sekitar rumah penduduk tampak sudah penuh
maka aku menawarkan pada Bu Anis sebuah sumur yang ada di tengah kebun
penduduk. “Sebaiknya kita mandi disana saja Bu Anis, tempatnya juga tertutup
koq” Aku berharap dia mau karena ada kesempatan untuk berdua. “Yang benar lho
Dod.. tapi ya nggak apa-apa memang tempat yang lain sudah penuh”. Kami
berjalam
beriringan menuju ketempat pemandian di tengah kebun itu. Sementara yang
lainnya persipan untuk kegiatan pagi itu yaitu jalan-jalan berkeliling.
Sampailah aku pada tempat yang kami tuju. Setelah aku meletakkan perlatan
mandiku aku memulai menimba air untuk keperluan kami berdua. Setelah bak terisi
penuh maka aku persilahkan beliau untuk mandi dahulu. Tempat mandinya terbuat
dari anyaman bambu ada beberapa lobang yang tampak. “Silahkan Bu Anis anda
mandi lebih dahulu” Aku mempersilahkan. “Kamu tunggu dulu ya.. awas lho
jangan.. ngintip” Katanya sambil tersenyum. “Nggak Bu Anis.. tapi kalau kepepet
kan nggak apa-apa” Kataku juga bercanda. “Nakal kamu” Dia berkata sambil
berkata masuk ke kamar
mandi. Aku mengamati dari kejauhan dan melihat satu
persatu pakaiannya dilepas dan digantungkan diatas anyaman bambu itu. Terakhir
aku lihat kutang dan CDnya yang berwarna biru muda dan coklat muda tersampir.
Hatiku semakin nggak karuan aku membayangkan pasti tubuh molek wanita yang
pantas menjadi ibuku itu telanjang bebas, aku dengar suara air yang mengguyur
tubuhnya. Aku mencari akal agar aku bisa
menikmati 'keindahan tubuhnya.
Akhirnya aku mendekat dan berkata, “Bu Anis airnya kurang nggak” Dari dalam
bilik aku dengar suaranya,”Eh.. kamu koq ada disitu.. kurang sedikit Dod”
katanya agak kaget. Ya.. kesempatan datang akhirnya aku menimba untuknya lagi
dan aku tuangkan ke saluran mengalirkan ke dalam bak yang ada di dalamnnya. Bu
Anis masih melanjutkan mandinya maka aku putuskan untuk mandi diluar
saja
sambil berharap Bu Anis nanti selesai mandi dapat melihatku. Entah pikiran gila
sudah memasuki pikiranku. “Eh.. Dod kamu mandi diluar ya..” Terdengar dari
dalam bilik. “Iya Bu Anis kan bisa menyingkat waktu” Aku beralasan. Sambil
melihat sekeliling aku rasa aman maka aku lepaskan semua pakaianku kini tinggal
celana dalamku. Sambil mengguyur badanku dari timba langsung aku sedikit
mencari celah-celah agar
aku dapat melihat keindahan tubuhnya. Benar dugaanku
aku belum selesai madi dari dalam bilik sudah terdengar suaranya. “Dod sudah
selesai belum?” Dia bertanya. “Sudah Bu Anis” Aku menjawab walau aku belum
selesai mandi. Memang aku sengaja. Dan lihat pintu bilik mulai bergerak
terbuka. Darahku terasa mengalir semakin kencang menduga apa yang akan terjadi
saat Bu Anis melihat aku hanya memakai celana
dalam.“Ih.. ka.. ta.. nya sudah
selesai” Dia melihatku agak terperanjat. Raut mukanya tampak kelihatan merah.
Dia agak tersipu setelah melihatku hanya memakai celana dalam. Aku bisa melihat
dari ujung matanya dia melirik pada selangkanganku yang disitu tampak tercetak
jelas penisku yang sudah tegang dari tadi seakan meronta keluar. “Sana mandi di
dalam masih ada airnya kok” Dia menyambung. “Iya Bu Anis”
jawabku sambil masuk
ke bilik. Perasaanku puas dapat memperlihatkan kejantananku pada wanita paruh
baya ini. Tapi hasratku untuk bertindak lebih jauh semakin berkecamuk. Kebetulan
sekali jam tangan Bu Anis tertinggal di dalam bilik bambu ini. “Bu Anis jam
tangan Ibu tertinggal nih.” Aku berkata kepadanya dari dalam bilik. Aku menanti
Bu Anis masuk ke dalam bilik dan penis celana dalamku semakin tidak bisa
memuat
penisku yang semakin membesar. “Tolong ambikan Dod masak aku harus masuk kan
kamu sudah telanjang to” Bu Anis berkata dari luar bilik. “Ah Bu Anis nggak mau
saya nggak masuk ndak saya ambilkan” Aku semakin berani menggodanya. “Ih kamu
kok masih nakal to dari dulu” Dia berkata. “Pakai handuk dulu saya akan masuk”
Dia menyambung. Semakin terbuka kesempatan mencari kepuasan hasratku
yang
semakin menggebu-gebu ini. Aku lepas celan dalam ku hingga aku menjadi
telanjang bulat tanpa sehelai benang menanti Bu Anis masuk kedalam bilik. Bu
Anis masuk kedalam bilik dan langsung setengah menjerit dia berkata, “Dod..
kamu.. nga.. nga.. pain” Pandangannya terbelalak melihat aku telanjang apalagi
melihat penisku mengacung bebas. “Itu Bu Anis jamnya ambil sendiri ya” Aku
mencoba santai. Aku lihat mukanya yang merah padam namun matanya tadi melirik
ke arah batang zakarku yang sudah tegang. Dia melangkah
menuju kearah jam
tangannya yang tertinggal. Pikiran mesumku semakin menjadi-jadi maka dengan
cepat aku tutup pintu bilik. Melihat perilaku itu Bu Anis kaget sambil
menatapku dia berkata, “Dod apa-apaan ini”. “Maaf Bu Anis.. ta.. pi.. Ibu
sangat menarik bagi saya” aku semakin berani tanpa memikirkan akibatnya.
“Kamu.. sudah gila ya..” Dia berkata. Belum sempat aku menjawab pertanyaannya
dia kembali menyahut. “Aku sudah menduga kamu dari kejadian tadi malam, tapi
kamu harus tahu bahwa Ibu sudah bersuami dan
lagi Ibu kan sudah tua” Dia
mencoba menyadarkan aku. “Tapi wajah dan tubuh Ibu tidak mencerminkan usia Ibu”
Aku beralasan. “Apa sudah kau pikirkan benar-benar” Dia menyahut. “Su.. dah
Ibu” aku berkata tanpa pikir panjang. “Da.. sar.. kamu” Dia berkata lagi. Aku
mendekat dan mencoba mencium bibirnya. Diluar dugaanku di tidak menghindar atau
meronta namun sebaliknya dia menyambut ciuman hangatku dan membalasnya. Ciuman
kami semakin dalam lidah kami saling bertautan tanganku bergerilya menjamah
buah
dadanya yang sekal dan meremas-remas bokongnya. Tiba-tiba dia berusaha
melepaskan melepaskan pelukan sambil berkata, “Sabar Dod.. jangan terlalu
bernapsu” Dia mendorongku aku terduduk di pinggiran bak semen. Dia masih
berdiri sambil tangannya melepaskan satu persatu kancing bajunya. Perlahan dan
pasti aku melihat dua bukit kembar yang masih tampah sekal. Kini tinggal beliau
hanya mengenakan kutang dan rok aku bangkit namun dia berkata, “Duduk dulu”.
Aku kembali duduk sambil melihat dia melepaskan roknya. Setelah roknya terlepas
dia melepaskan kutang dan mencopot celana dalamnya. Dan kini
terpampang
didepanku tubuh sintal yang aku angan-angankan. Aku bangkit lagi namun dia
kembali berkata, “Dod.. aku suka dengan caramu menjeratku tapi ini harus
menjadi rahasia kita saja”. Dia berkata sambil meletakkan salah satu kakinya
diatas bibir bak semen itu. Dadaku semakin berdegub kencang melihat pemandangan
indah ini. Selangkangannya ditumbuhi rambut keriting yang hitam indah sekali.
“Tentu Bu Anis..” Aku menyahut. Aku elus kakinya yang putih aku dekatkan
wajahku dan mulai menciumi betisnya
sambil menjilatinya merambat naik ke atas.
Lidahku menari diatas pahanya dan diselingi dengan sedotan-sedotan kecil.
Sampailah aku pada hutan yang rimbun itu dan lidahku mencoba menyibak mencari
lobang yang paling dicari para lelaki. Bilik bambu di tengah kebun menjadi
saksi pergumulan nafsu dua anak manusia yang dipisahkan oleh status dan usia.
Aku jilati bibir vaginanya dengan penuh nafsu. Bu Anis mengerang menahan
kenikmatan yang melanda dirinya. Aku tak peduli dengan keadaannya aku semakin
gila mempermainkan lidahku didalam lobang vaginanya. Tangan Bu Anis memegang
erat-erat kepalaku dan
menekan ke selangkangannya solah-olah mempersilahkan
diriku untuk menelan barang berharga miliknya. “Dod.. ka.. mu.. ma.. sih..
nakal.. seper.. ti.. dulu.. ah” Dia berkata sambil merintih menahan nikmat.
Tampaknya lututnya tidak bisa lagi bertahan. Beliau menarik kepalaku agar aku
menghentikan aktivitasku. Aku bangkit dan mendekatkan mukaku ke buah dadanya
yang disitu tertempel buah anggur yang berwarna coklat muda tegang menantang.
Aku sedoti seluruh permukaan payudaranya, aku hisap putingnya yang indah. Bu
Anis tampak merem-melek menikmati permainanku ini. Tanganku meremas-remas
bokong
indahnya dan jariku mencari lobang duburnya, setelah ketemu aku
mempermainkan jariku membuat tusukan-tusukan kecil dan mengobok-obok alat buang
air besarnya. Bu Anis mengerang-erang dan aku merasakan lobang anusnya meyempit
keras seolah ingin menjepit jariku yang tertanam di dalamnya. Tampaknya Bu Anis
ingin mengambil inisiatif, dia melepaskan pelukanku. “Dod.. ber.. baring..
lah.. pa.. kai.. handuk.. mu.. untuk alas” Dia berkata kepadaku dengan nafas
tersengal. Bagai kerbau ditusuk hidungnya aku lakukan apa kehendaknya. Aku
berbaring dengan beralaskan handukku. Bu Anis berdiri mengangkang diatasku dan
perlahan jongkok tepat diatas kemaluanku yang mengacung keatas. Tangannya
membimbing penisku untuk memasuki lobang kenikmatannya. Dan setelah tepat dia
menekan kebawah sehingga.. bles.. keinginanku terlaksana untuk menikmati
kehangatan benda yang terdapat di selangkangan wanita paruh baya ini. Aku
merasakan dinding kemaluannya keluar cairan yang mempermudah penisku tertanam.
Kepala Bu Anis terdongak keatas dan kulihat bibir bawahnya. Tangannya yang satu
berpegangan pada pinggiran bak semen. Aku hanya bisa merem melek menahan
kenikmatan dari cengkeraman vaginanya. Nafas Bu Anis semakin
memburu seiring
dengan gerakan erotis yang dilakukannya naik turun diselingi dengan perputaran
pantatnya. Aku lihat buah dadanya terguncang-guncang. Pemandangan yang indah
sekali. Wanita paruh baya ini ternyata pintar bermain sex. Aku merasakan
sensansi yang luar biasa. Rambutnya yang masih basah itu menjadi acak-acakan.
Aku mencoba untuk bertahan agar aku tidak kecolongan keluar terlebih dahulu.
Gerakan erotis Bu Anis semakin cepat. “Dod.. uh.. Ibu.. ma.. u.. sam.. pai..”
Dia berkata tersengal. Aku tidak menjawabnya, gerakannya semakin tidak teratur
dan akhirnya aku merasakan cengkeraman erat
vaginanya, aku rasakan cairan yang
mengalir memenuhi lobang vaginanya. Nafasnya tersengal dan beliau terkulai
diatasku. Aku rasakan vaginanya yang masih berdenyut. Aku usap punggung mantan
guruku dan aku belai rambutnya yang terurai basah. Tubuhnya yang hangat
menempel erat. “Bagai.. mana.. Bu Anis..” Aku berkata. “Ka.. mu.. hebat..” Bu
Anis menjawab. Mendengar jawabannya aku merasa sebagai seorang lelaki yang
perkasa yang dapat membahagiakan seorang wanita. Perlahan beliau turun dari
atas tubuhku, beliau tahu bahwa aku belum mencapai puncak. Dia berbaring
disampingku, dia tersenyum kearahku. Aku mendekatkan wajahku dan mencium mesra
bibirnya. Setelah itu aku bangkit, aku lihat dia sudah
mengangkangkan kaki
tampaklah kemaluannya yang basah merekah menanti benda tumpul yang aku miliki
untuk masuk kedalamnya. Perlahan namun pasti aku arahkan benda kebanggaan para
lelaki yang aku miliki. Dan.. bles.. masuklah penisku kedalam vaginanya, aku
tekan dalam dalam sampai pangkal kemaluanku. Bibir Bu Anis tampak terbuka
merasakan kenikmatan yang kedua kalinya, aku tarik perlahan kemudian kemudian
aku gerakan naik turun pantatku. Gerakanku semakin aku percepat sehingga menimbulkan
suara-sura erotis. Aku kerahkan tenagaku untuk menyodok barang istimewa mantan
guruku ini. Oh.. nikmat sekali seakan melayang. Aku rasakan darahku mengumpul
di penisku seiring dengan gerakanku yang
semakin aku percepat. Buah dadanya
yang sekal indah putih terguncang-guncang karena sodokanku. Akhirnya aku tidak
dapat lagi menahan dan.. creet.. aku tancapkan dalam-dalam, aku semprotkan
spermaku di dalam vaginanya. Melihat aku mencapai puncak Bu Anis melipat
kakinya dan menekan pantatku erat-erat. Oh.. seakan aku terbang. Nikmat
sekali.. aku rasakan sensasi yang indah sekali. Serasa tulangku terlolosi lemas
sekali aku terkulai diatas tubuhnya. Dia tersenyum manja kearahku.Aku cium
mesra bibirnya. Kami berbaring berdampingan. “Bu Anis.. Ibu masih hebat..
kapan.. kita.. lakukan lagi” Aku berkata kepadanya. “Ih..”, Dia mencubit
hidungku. “Nakal.. kamu..” Kami lantas berpakaian kembali karena kami takut
nanti
perbuatan kami diketahui oleh yang lain. Kami berjalan menuju kembali ke
perkemahan kami. ***** Begitulah cerita yang masih aku ingat ketika pertama
kali aku bercinta dengan Bu Anis. Kami masih sering melakukannya setiap ada
kesempatan. Kami kencan di penginapan-penginapan yang ada di kotaku bahkan
pernah kami lakukan di kamar kost temanku. Namun kini Bu Anis telah pergi
mengikuti suaminya dinas kelain kota. Aku tenggelam dengan kerinduanku terhadap
Bu Anis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar