Memekku Di Gosok Dengan Kontol
Sebut saja namaku Rudi. Aku adalah mahasiswa
tingkat akhir di sebuah universitas di Surabaya.
Di kampus aku mempunyai seorang dosen yang
cantik dan lembut. Namanya Bu Via. Berkenaan
dengan Bu Via, ada sesuatu yang membuat
kehidupanku lebih indah dan menyenangkan
selama hampir tiga
bulan ini.
Bermula pada suatu siang ketika aku melakukan
bimbingan suatu tugas akhir. Di jurusanku
sebelum masuk ke skripsi, seorang mahasiswa
harus mengambil tugas akhir mengerjakan
sebuah desain. Bu Via adalah pembimbingku
untuk tugas tersebut. Bimbingan berlangsung
singkat saja, karena
Bu Via ada tugas lain di luar
kampus saat itu. Ketika selesai, Bu Via bilang
padaku agar datang ke rumahnya saja pada
malam harinya untuk melanjutkan bimbingan.
Malamnya aku datang.
Rumahnya ada di sebuah kompleks perumahan
yang sepi dan tenang. Bu Via sudah bercerai
dari suaminya. Ia
berumur sekitar 37 tahun,
dengan seorang anak yang masih bersekolah
TK. Meskipun sudah berumur 37 tahun, namun
Bu Via masih kelihatan seperti baru lepas ABG
saja. Kulitnya putih, bersih dan segar. Bodinya
langsing, meskipun tidak terlalu tinggi. Pada
kaki dan tangannya ditumbuhi bulu-bulu halus,
tapi cukup lebat, yang kontras dengan kulitnya
yang putih itu. Saat itu merupakan liburan TK-
SD dan anaknya sedang berlibur di rumah
sepupunya yang seumur dengan dia.
Aku dan Bu Via sebenarnya memang sudah
cukup akrab. Dia pernah menjadi dosen waliku
dan beberapa kali aku pernah datang ke
rumahnya, sehingga aku tidak canggung lagi.
Apalagi dalam banyak hal selera kami sama,
misalnya soal selera musik. Setelah bimbingan
selesai, kami hanya mengobrol ringan saja.
Kemudian Bu Via minta tolong padaku.
"Rud, slot lemari pakaian di kamarku rusak,
bisa minta tolong diperbaiki?", begitu
katanya
malam itu.
Kemudian aku dibawa naik ke lantai dua, ke
kamarnya. Kamarnya wangi. Penataan
interiornya juga indah. Kurasa wajar saja, sejak
semula aku tahu ia punya selera yang bagus. Itu
pula yang membuat kami akrab, kami juga
sering memperbincangkan soal-soal seperti itu,
selain soal-soal
yang berkaitan dengan kampus.
Aku tersenyum ketika melihat sebagian isi
lemari pakaiannya.
Lingerie-nya didominasi warna hitam. Aku juga
menyukai warna seperti itu. Warna seperti itu
sering pula kusarankan pada Kiki cewekku
untuk dipakainya, karena dengan pakaian dalam
seperti itu
membuatku lebih bergairah. Bu Via
hanya tersenyum melihatku "terkesan"
menyaksikan tumpukan lingerie-nya. Dengan
serius kuperbaiki slot pintu lemarinya yang
rusak. Ia keluar meninggalkanku sendirian di
kamarnya. Sesaat kemudian pekerjaanku
selesai. Saat itu Bu Via masuk. Tiba-tiba tanpa
kusangka, ia melap peluh di dahiku dengan
lembut. AC di kamarnya memang dimatikan,
sehingga udara gerah.
"Panas Rud? Biar AC-nya kuhidpkan", begitu
katanya sambil menghidupkan AC.
Saat kekagetanku belum hilang, ia kembali
melap keringat di dahiku. Dan kali ini bahkan
dengan lembut ia
mendekatkan wajahnya ke
wajahku. Segera aku menyambar aroma wangi
dari tubuhnya hingga membuat jantungku
berdetak tidak seperti biasanya. Bahkan
kemudian ia melanjutkan membuat detak
jantungku semakin kencang dengan
mendekatkan bibirnya ke bibirku. Sesaat
kemudian kusadari
bibirnya dengan lembut
telah melumat bibirku. Kedua tangannya
dilingkarkan ke leherku dan semakin dalam
pula aroma wangi tubuhnya terhirup napasku,
yang bersama tindakannya melumat bibirku,
kemudian mengalir dalam urat darahku sebagai
sebuah sensasi yang indah.
Ia terus melumat bibirku.
Lalu tangannya pelan-
pelan membuka satu persatu kancing kemejaku.
Saat itu aku mulai mampu menguasai diriku.
Maka dengan pelan-pelan pula kubuka kancing
blusnya. Setelah kemejaku lepas, ia menarik
resliting jeansku. Begitu pula yang kulakukan
dnegan roknya, kutarik resliting yang mengunci
rokya. Kemudian ia melepaskan bibirnya dari
bibirku dan membuka matanya.
Saat itu aku terbelalak melihat keindahan yang
ada di depan mata. Payudaranya sedang-sedang
saja, tapi indah dan terlihat kencang dibungkus
bra hitam bepotongan pendek berenda yang
membuat barang indah itu tampak
- Cerita Seks Dewasa
- CERITA DEWASA 18+
- PKoleksi Cerita Dewasa 18+
- Cerita Hot Terbaru
- Cerita Bokep Online
- Cerita Hot
semakin
indah. Payudaranya seolah "hanging wall" yang
mengundang seorang climber untuk
menaklukkannya dengan hasrat yang paling liar.
Dan menengok ke bawah, aku semakin dibuat
terkesan serta jantungku juga semakin berdetak
kencang. Di balik celana dalam dengan
potongan yang pendek yang juga berwarna
hitam berenda yang indah, tersembul bukit
venus yang menggairahkan. Di tepi
renda celana
itu, tampak rambut yang menyembul indah
melengkapi keindahan yang sudah ada.
Kulihat Bu Via juga tersenyum menatap
lonjoran tegang di balik celana dalamku.
Tangannya yang lembut mengelus pelan
lonjoran itu. Sensasi yang menjelajahi aliran
darahku kemudian menggerakkan tanganku
mengelus bukit venusnya. Ia tampak memejam
sesaat dengan erangan yang pelan ketika
tanganku menyentuh daging kecil di tengah
bukit venus itu. Ia kemudian melanjutkan
tindakannya melumat bibirku dengan lembut.
Bibirnya yang lembut serta napasnya yang
wangi kembali membuatku dialiri sensasi yang
memabukkan. Ia rupanya memang sabar dan
tidak terburu-buru untuk segera menuju ke
puncak kenikmatan.
Bibirnya kemudian ia lepaskan dari bibirku dan
ia menyelusuri leherku dengan bibirnya.
Napasnya membelai kulit leherku sehingga
terasa geli namun nikmat. Kadang-kadang ia
mengginggit leherku namun rupanya ia tidak
ingin meninggalkan bekas. Ia tahu bahwa aku
punya pacar, karena belum lama, Kiki
kuperkenalkan padanya saat kami bertemu di
sebuah toko buku.
Ia
kemudian turun ke dadaku dan
mempermainkan puting susuku dengan
mulutnya, yang membuat aliran darahku dialiri
perasaan geli tapi nikmat. Semakin ke bawah ia
diam sesaat menatap batang yang tersembunyi
di balik celana dalamku, yang waktu itu juga
berwarna hitam. Sesaat ia mempermainkannya
dari luar. Ia kemudian dengan lembut menarik
celana dalamku. Ia tersenyum ketika
menyaksikan penisku yang tegak dan kencang,
seperti mercu suar yang siap memandu
pelayaran gairah libido kewanitaannya.
Dengan lembut ia kemudian mengulum
penisku. Maka aliran hangat yang bermula dari
permukaan syaraf penisku pelan-pelan
menyusuri aliran darah menuju ke otakku. Aku
serasa diterbangkan ke awan pada ketinggian tak
terukur. Bu Via terus mempermainkan lonjoran
daging
kenyal penisku itu dengan kelembutan
yang menerbangkanku ke awang-awang. Caranya
mempermainkan barang kejantananku itu
sangat berbeda dengan Kiki cewekku. Kiki
melakukannya dengan ganas dan panas,
sedangkan Bu Via sangat lembut seolah tak
ingin melewatkan seluruh bagian
syaraf yang
ada di situ. Cukup lama Bu Via melakukan itu.
Ketika perjalananku ke awang-awang kurasakan
cukup, kutarik penisku dari dekapan mulut
lembutnya. Giliran aku yang ingin membuat dia
terbang ke awang awang. Maka kubuka bra yang
menutupi payudara indahnya. Semakin
terperangahlah aku dengan keindahan yang ada
di depan mataku. Di depanku bediri dengan
tegak bukit
kembar yang indah sekaligus
menggairahkan. Di sekitar puncak bukit itu, di
sekitar putingnya yang merah kecoklatan,
tumbuh bulu-bulu halus. Menambah keindahan
buah dadnya. Tapi aku tidak memulainya dari
situ. Aku hanya mengelus putingnya sebentar.
Itupun aku sudah menangkap desah halus yang
keluar dari bibir indahnya.
Kumulai dari lehernya. Kulit lehernya yang
halus licin seperti
porselen dan wangi kususuri
dengan bibirku yang hangat. Ia mendesah
terpatah-patah. Apalagi ketika tanganku tak
kubiarkan menganggur. Jari-jariku memijit
lembut bukit kenyal di dadanya dan kadang-
kadang kupelintir pelan puting merah kecoklat-
coklatan yang tumbuh matang di ujung buah
dadanya itu. Kurasakan semakin lama puting itu
pun semakin keras dan kencang. Setelah puas
menyusuri
lehernya, aku turun ke dadanya. Dan
segera kulahap puting yang menonjol merah
coklat itu. Ia menjerit pelan. Tapi tak kubiarkan
jeritannya berhenti.
Kusedot puting itu dengan lembut. Ya, dengan
lembut karena aku yakin gaya seperti itulah
yang diinginkan orang seperti Bu Via. Mulutku
seperti lebah yang menghisap kemudian
terbang berpindah ke buah dada satunya. Tapi
tak kubirakan buah dada yang tidak
kunikmati
dengan mulutku, tak tergarap. Maka
tangankulah yang melakukannya. Kulakukan itu
berganti-ganti dari buah dada satu ke buah
dadanya yang lain.
Setelah puas aku turun bukit dan kususuri
setiap jengkal kulit wanginya. Dan saat aku
semakin turun kucium aroma yang khas dari
barang pribadi seorang perempuan. Aroma dari
vaginanya. Semakin besarlah gairah yang
mengalir ke
otakku. Tapi aku tidak ingin
langsung menuju ke sasaran. Cara Bu Via
membuatku melayang rupanya
mempengaruhiku untuk tenang, sabar dan
pelan-pelan juga membawanya naik ke awang-
awang. Maka dari luar celana dalamnya,
kunikmati lekuk bukit dan danau yang ada di
situ dengan lidah, bibir dan
kadang-kadang jari-
jemariku. Kusedot dengan nikmat bau khas
yang keluar dari sumur yang ada di situ.
Setelah cukup puas, baru kutarik celana
dalamnya pelan-pelan. Aku tersentak
menyaksikan apa yang kulihat. Bukit venus yang
indah itu ditumbuhi rambut yang lebat. Tapi
terkesan bahwa yang ada di
situ terawat. Meski
lebat, rambut yang tumbuh di situ tidak acak-
acakan tapi merunduk indah mengikuti kontur
bukit venus itu. Walaupun aku pernah
membayangkan apa yang tumbuh di situ, tapi
aku tidak mengira seindah itu.
Ya, aku dan teman-temanku sering
bergurau begini saat melihat Bu Via: jika
rambut di tempat yang terbuka saja
subur, apalagi rambut di tempat yang
tersembunyi. Dan
ternyata aku bisa
membuktikan gurauan itu. Ternyata
rambut di tempat itu memang luar biasa.
Bahkan aku yang semula berpikir rambut
yang menghiasai vagina Kiki luar biasa
karena subur dan indah, kemudian
menerima kenyataan bahwa ada yang
lebih indah, yaitu milik Bu Via ini. Dari
samping keadaan itu seperti taman
gantung Raja Nebukadnezar saja :-).
Segera berkelebat pikiran dalam otakku,
betapa menyenangkannya tersesat di
hutan teduh dan indah itu. Maka aku
segera menenggelamkan diri di tempat
itu, di hutan itu. Lidahku segera
menyusuri taman indah itu dan
kemudian melanjutkannya pada sumur
di bawahnya. Maka Bu Via menjerit kecil
ketika lidahku menancap di lubang
sumur itu. Di lubang vaginanya. Bau khas
vagina yang keluar dari lubang itu
semakin melambungkan gairahku. Dan
jeritan kecil itu kemudian di susul jeritan
dan erangan patah-patah yang terus
menerus serta gerakan-gerakan serupa
cacing kepanasan. Dan kurasa ia memang
kepanasan oleh gairah yang
membakarnya.
Aku menikmati jeritan itu sebagai sensasi
lain yang membuatku semakin bergairah
pula menguras kenikmatan di lubang
sumur vaginanya. Lendir hangat khas
yang keluar dari dinding vaginanya terasa
hangat pula di lidahku. Kadang-kadang
kutancapkan pula lidahku di tonjolan
kecil di atas lubang vaginanya. Di
klitorisnya. Maka semakin santerlah
erangan-erangan Bu Via yang mengikuti
gerakan-gerakan menggelinjang.
Demikian kulakukan hal itu sekian lama.
Kemudian pada suatu saat ia berusaha
membebaskan vaginanya dari sergapan
mulutku. Ia menarik sebuah bangku rias
kecil yang tadi menjadi
ganjal kakinya
untuk mengangkang. Aku dimintanya
duduk di bangku itu. Begitu aku duduk, ia
kembali memagut penisku dengan
mulutnya secara lembut. Tapi itu tidak
lama, karena ia kemudian memegang
penisku yang sudah tidak sabar mencari
pasangannya itu.
Bu Via membimbing daging kenyal yang
melonjor tegang dan keras itu masuk ke
dalam vaginanya dan ia duduk di atas
pangkuanku. Maka
begitu penisku amblas
ke dalam vaginanya, terdengar jeritan
kecil yang menandai kenikmatan yang ia
dapatkan. Aku juga merasakan
kehangatan mengalir mulai ujung
penisku dan mengalir ke setiap aliran
darah. Ia memegangi pundakku dan
menggerakkan pinggulnya yang indah
dengan gerakan serupa spiral. Naik turun
dan memutar dengan pelan tapi
bertenaga.
Suara gesekan pemukaan penisku dengan
selaput lendir vaginanya menimbulkan
suara kerenyit-kerenyit yang indah
sehingga menimbukan sensasi tambahan
ke otakku. Demikian juga dengan gesekan
rambut kemaluannya yang lebat dengan
rambut kemaluanku yang juga lebat.
Suara-suara erangan dan desahan
napasnya yang terpatah-patah, suara
gesekan penis dan selaput lendir
vaginanya serta suara gesekan rambut
kemaluan kami berbaur dengan
suara
lagu mistis Sarah Brightman dari CD yang
diputarnya.
Barangkali ia memang sengaja ingin
mengiringi permainan cinta kami dengan
lagu-lagu seperti itu. Ia tahu aku
menyukai musik demikian. Dan memang
terasa luar biasa indah, pada suasana
seperti itu. Apalagi lampu di kamar itu
juga remang-remang setelah Bu Via tadi
mematikan lampu yang terang. Dengan
suasana seperti itu, rasanya aku
tidak
ingin membiarkan setiap hal yang
menimbulkan kenikmatan menjadi sia-
sia. Maka aku tidak membiarkan
payudaranya yang ikut bergerak sesuai
dengan gerakan tubuhnya menggodaku
begitu saja. Kulahap buah dadanya itu.
Semakin lengkaplah jeritannya.
Matanya yang terpejam kadang-kadang
terbuka dan tampak sorot mata yang aku
hapal seperti sorot yang keluar dari mata
Kiki saat bercinta
denganku. Sorot
matanya seperti itu. Sorot mata nikmat
yang membungkus perasaannya. Sekian
lama kemudian ia menjerit panjang
sambil meracau..
"Ah.. Aku.. Aku orgasme, Rud!"
Sesaat ia terdiam sambil menengadahkan
wajahnya ke atas, tapi matanya masih
terpejam. Kemudian ia melanjutkan
gerakannya. Barangkali ia ingin
mengulanginya dan aku tidak keberatan
karena aku sama sekali belum
merasakan
akan sampai ke puncak kenikmatan itu.
Sebisa mungkin aku juga menggoyangkan
pinggulku agar dia merasakan
kenikmatan yang maksimal. Jika tanganku
tidak aktif di buah dadanya, kususupkan
di selangkangannya dan mencari daging
kecil di atas lubang vaginanya, yang
dipenuhi oleh penisku.
Meskipun Bu via seorang janda dan
sudah punya anak, aku merasa lubang
vaginanya, seperti seorang
ABG saja.
Tetap rapat dan singset. Otot vaginanya
seakan mencengkeram dengan kuat otot
penisku. Maka gerakan pinggulnya untuk
menaik turunkan bukit venus vaginanya
menimbulkan kenikmatan yang luar
biasa. Dan sejauh ini aku tidak merasakan
tanda-tanda lahar panasku akan meledak.
Bu Via memang luar biasa, ia seperti tahu
menjaga tempo permainannya agar aku
bisa mengikuti caranya
bermain. Ia
seperti tahu menjaga tempo agar aku
tidak cepat-cepat meledak. Memang
sama sekali tidak ada gerakan liar. Yang
dilakukannya adalah gerakan-gerakan
lembut, tapi justru menimbulkan
kenikmatan yang luar biasa, terutama
karena aku jarang bercinta dengan
perempuan lembut seperti itu. Sekian
lama kemudian aku mendengar lagi ia
meracau..
"Ah.. Ah.. Ini yang kedua.. Rud, aku
orgasme.. Uhh!" Di susul jeritan panjang
melepas kenikmatan itu.
Tapi kemudian ia memintaku
mengangkatnya ke
ranjang, tanpa
melepaskan penisku yang masih
menancap di lubang vaginanya. Ia
memintaku menidurkannya di ranjang
tapi tak ingin melepaskan vaginanya dari
penisku, yang sejauh ini seperti
mendekap sangat erat. Kulakukan
pemintaannya itu. Maka begitu ia
telentang di ranjang, aku masih ada di
atasnya. Penisku pun masih masuk
penuh di dalam vaginanya.
Kami melanjutkan permainan cinta yang
lembut tapi panas itu. Kini aku berada di
atas, maka aku lebih bebas bermanuver.
Maka dengan
gerakan seperti yang sering
kulakukan jika aku berhubungan seks
dengan Kiki, cepat dan bertenaga,
kulakukan juga hal itu pada Bu Via. Tapi
sesaat kemudian ia berbisik dengan mata
yang masih terpejam..
"Pelan-pelan saja, Rud. Aku masih ingin
orgasme".
Aku tersadar apa yang telah kulakukan.
Maka kini gerakanku pelan dan lembut
seperti permintaan Bu Via. Kini erangan
dan desahan patah-patahnya kembali
terdengar. Ia menarik punggungku agar
aku lebih dekat ke badannya. Aku
maklum. Tentu ia ingin mendapatkan
kenikmatan yang maksimal dari gesekan-
gesekan bagian tubuh kami yang lain.
Dan
Bu Via memang benar, begitu
dadaku bergesekan dengan buah
dadanya, semakin besarlah sensasi
kenikmatan yang kudapat. Kurasa
demikian juga dengannya, karena
jeritannya berubah semakin santer.
Apalagi saat aku juga melumat bibir
merahnya yang menganga, seperti bibir
vaginanya sebelum aku menusukkan
penisku di situ. Meskipun jeritannya agak
bekurang karena kini mulutnya sibuk
saling melumat bersama mulutku, tapi
aku semakin sering mendengar ia
mengerang dan terengah-engah
kenikmatan. Hingga beberapa saat
kemudian aku mendengar ia meracau
seperti sebelumnya..
"Aku.. Ah.. Aku.. Uh.. Yang ketiga..
BEST SELLER PRODUK
BalasHapusTOKO ACHONG - HUA
- alat bantu sex pria
- alat bantu sex wanita
- cream pembesar payu dara
- kapsul pembesar payu dara
- kapsul peninggi badan
- kecantikan
- kesehatan
- kondom silikon
- minyak pembesar penis
- obat kuat pria
- obat pelangsing
- obat pembesar penis
- obat penggemuk badan
- obat penumbuh rambut
- obat penyubur sperma
- obat perangsang